ARTIKEL BERITA

|

Dari Pande Besi ke Pande Gong

Memasuki rumah Sarimin di Desa Petunjungan Kecamatan Paiton, tidak menyangka bahwa rumah tersebut memiliki usaha mapan. Sebab, di lihat dari rumahnya yang sangat sederhana, hampir tidak mungkin Sarimin si pengerajin pande gong mampu menghasilkan jutaan rupiah.
Dari pembuatan bak mandi, gayung, ceret dan dandang dengan bahan dasar lembaran seng, Sarimin mampu mengantongi Rp. 4 juta setiap bulannya. Walaupun bukan angka yang besar bagi kebanyakan orang kota, Namun untuk ukuran keluarga Sarimin yang tinggal di desa terpencil di sebelah selatan Paiton, uang sebesar itu merupakan hal yang istimewa.



Sebelum menjadi pande gong, Sarimin yang memberi lebel UD. Sayang pada hasil karyanya, sempat menjadi pande besi di Kecamatan Besuk. Bermodal keterampilan pande besi tersbeut, dua tahun kemudian, Sarimin muda berpikir untuk beralih profesi menjadi pande gong. Namun profesi itu, dilakoninya sendiri bersama keluarganya dengan membuka usaha home industri.

Dirintis mulai tahun 1975, usaha pande gong Sarimin terus berkembang. Saat ini seantero Probolinggo telah mengenal dan berlangganan bak air, gayung, ceret dan dandang. “Tapi yang paling laris di Paiton sini bak air. Karena untuk bak air saya memang membuat khusus untuk menyiram tembakau dengan model runcing di bagian samping depan, “urainya bersemangat.

Perhitungan Sarimin untuk membuat bak air tembakau memang tepat. Pasalnya hampir sebagian besar masyarakat Paiton adalah Petani tembakau. Sehingga pesanan setiap harinya tidak pernah sepi. Jika di awal usahanya, Sarimin hanya mampu menghasilkan Rp. 1.400.000 / bulannya, kini sudah mencapai Rp. 4.000.000 / bulannya.
“Tekad untuk mendirikan usaha ini mamang karena faktor ekonomi. Alhamdulillah penghasilan sebesar itu, bagi saya sangat cukup untuk menghidupi istri, anak, menantu dan seorang cucu saya, “ucapnya bersyukur.

Selain karena faktor ekonomi, Sarimin mengaku usaha membuat bak air dll, dia tekuni selama puluhan tahun juga karena hobby. Ia merasa enjoy karena pembuatan bak air mudah. Dalam dua hari dari satu lembar seng yang dibelinya dengan harga Rp. 1 juta, ia bisa membuat 30 bak air besar. Kegiatan itu bisa dilakukan sambil bercanda dengan cucunya.

“Bagaimana tidak enjoy, saya bekerja sambil bercengkrama dengan keluarga dan ngudang cucu, makanya saya awet muda khan ?,”katanya berkelakar.

Namun, di balik kesederhananya itu, Sarimin mempunyai harapan besar, untuk mengikuti pelatihan-pelatihan terutama pelatihan pande besi. Agar ia mampu berkreasi mengikuti perkembangan jaman. Tentunya agar usahanya semakin meningkat baik dari dari segi kualitas juga finansial.

Karena itu, dia juga sangat berharap Pemkab bisa memberikan bantuan modal untuk mengembangkan usahanya. Sehingga hasil karya bisa di kenal hingga luar daerah.


Posted by Bromo Telecenter on 08.48. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Dari Pande Besi ke Pande Gong"

Leave a reply

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added